Seperti yang kutipan dari sumber Batamtoday.com, Pihak Perhimpunan Rakyat Pekerja (PRP) mendukung UMK=KHL.
Berikut pernyataan dari PRP :
Salam rakyat pekerja, siklus
tahunan isu perburuhan Indonesia terus berulang. Seperti tahun-tahun
sebelumnya, setiap bulan Oktober-November, suhu politik peburuhan
Indonesia menghangat akibat perdebatan soal upah, tepatnya soal kenaikan
Upah Minimum Kota (UMK).
Tuntutan puluhan ribu kaum buruh di
Batam untuk kenaikan UMK yang sesuai dengan kebutuhan hidup layak bahkan
berakhir dengan penembakan terhadap para buruh oleh aparat kepolisian.
Aksi menuntut penentuan UMK yang serupa juga dilakukan oleh kaum buruh
di beberapa kota di Indonesia.
Aksi buruh yang terus berulang setiap tahun, untuk isu yang sama,
jelas menunjukkan adanya persoalan serius dalam isu upah ini. Rezim
neoliberal dari tahun ke tahun memang selalu mengedepankan politik upah
murah bagi buruh untuk menarik para pemilik modal asing. Hal ini dapat
dilihat dari bagaimana BKPM dalam promosinya yang bertajuk Invest in Remarkable Indonesia, yang selalu menjual upah buruh murah sebagai daya tarik bagi pemilik modal. Dalam situs BKPM dijelaskan bahwa upah buruh
Indonesia hanya USD 0,6 per jam, jika dibandingkan dengan India (USD
1,03), Filipina (USD 1,04), Thailand (USD 1,63), China (USD 2,11), dan
Malaysia (USD 2,88). Menyertai angka-angka itu, dalam promosi BKPM
tersebut juga dicantumkan, labor cost is relatively low, even as compared to investment magnets China and India.
Logika untuk menarik pemilik modal dengan menjual politik upah murah
sebenarnya tidak berdasar. Jika melihat data dari World Eonomic Forum
(WEF) yang mempublikan The Global Competitiveness Index (Indeks
Daya Saing Global) , menyebutkan bahwa posisi Indonesia berada di
peringkat 46, turun 2 tingkat dari tahun sebelumnya (The Global
Competitiveness Report (2011-2012). Laporan tersebut juga memperlihatkan
bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan daya saing Indonesia turun,
yaitu di peringkat pertama adalah korupsi, kedua birokrasi pemerintah
yang tidak efisien dan ketiga adalah infrastruktu yang tidak memadai.
Sementara untuk peraturan perburuhan yang membatasi hanya berada di
peringkat ke-2. Artinya, jika selama ini rezim neoliberal mengeluhkan
sulitnya menarik pemilik modal dikarenakan masalah perburuhan yang tidak
ramah dengan iklim investasi, itu kenyataannya salah besar. Masalah
utamanya ada di elit-elit politik yang melakukan korupsi dengan
berkolaborasi dengan pemilik modal. Namun tetap saja, selama ini kaum
buruh yang selalu dirugikan, dengan menjalankan politik upah murah dan
membuat regulasi yang semakin mencekik rakyat pekerja.
Upah Minimum Kota (UMK) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) selama
ini diasumsikan dihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak, yang mengacu
pada Permenaker Nomor Per-17/Men/VIII/2005 tentang Komponen dan
Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Nyatanya, 46
komponen KHL yang ada di dalam Permenaker No 17 tahun 2005 tersebut
sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini dan selalu mengkondisikan
buruh selalu berada dalam garis kemiskinan. Misalnya saja mengenai biaya
pendidikan anak dan kebutuhan memililiki rumah yang tidak masuk dalam
komponen KHL di Permenaker tersebut. Hal ini menunjukkan, bahwa rezim
neoliberal selalu saja mengkondisikan buruh dalam ruang kemiskinan.
Tidak aneh dengan asumsi perhitungan tersebut, rakyat pekerja di
Indonesia tidak pernah dalam kondisi yang sejahtera. Hal ini menjelaskan
bagaimana peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia di tahun
2011 seperti terjun bebas atau anjlok. Berdasarkan penilaian United
Nations Development Programme (UNDP), Indonesia menduduki peringkat 124
dari 187 negara yang disurvei oleh UNDP. Indonesia berada di bawah
Palestina (114), Filipina (112), Thailand (103), Sri Lanka (97), Lebanon
(71) dan Malaysia(61). Padahal rezim neoliberal di Indonesia selalu
mengagung-agungkan, bahwa perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan
6,5 persen hingga triwulan III-2011. Namun kenyataannya, kualitas hidup
rakyat pekerja di Indonesia malah menurun. Hal tersebut bisa dimaknai,
bahwa pertumbuhan perekonomian sebesar 6,5 persen tersebut memang tidak
pernah berdampak pada kesejahteraan rakyat pekerja di Indonesia.
Pertumbuhan perekonomian tersebut hanya menguntungkan para pemilik modal
dan elit-elit di rejim Neoliberal saja.
Namun sepertinya rezim neoliberal tidak begitu mempedulikan kualitas
hidup dan kesejahteraan rakyat pekerja diIndonesia. Hal ini terbukti
dengan masih dijalankan agenda politik upah murah di tahun 2012. Hingga
hari ini, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)
mencatat sudah ada 11 pemerintah daerah provinsi yang telah menetapkan
UMP dan kebanyakan masih di bawah batas kebutuhan hidup layak (KHL).
Perlawanan terhadap politik upah murah memang harus selalu digaungkan
oleh kaum buruh di Indonesia. Politik upah murah yang didasarkan pada
UU 13/2003, Permen 1/1999, Permenaker 17/2005, serta mekanisme lainnya
untuk penetapan upah memang hanya menjadi alat bagi rezim neoliberal dan
pemilik modal untuk membuat kemiskinan secara struktural serta
menguntungkan para
pemilik modal. Penetapan upah berdasarkan provinsi juga merupakan
taktik para pemilik modal dan rezim neoliberal untuk memperkecil
perlawanan para buruh di setiap kota. Namun dari logika ini, sebenarnya
rezim neoliberaldan pemilik modal sudah paham dan mengantisipasi, bahwa
setiap akhir tahun pasti akan ada perlawanan kaum buruh terkait
penetapan kenaikan upah. Untuk itu, dibutuhkan persatuan dari seluruh
rakyat pekerja di Indonesia untuk melakukan perlawanan politik upah
murah yang dijalankan oleh rezim neoliberal dan pemilik modal.
Maka dari itu, kami dari Perhimpunan Rakyat Pekerja menyatakan sikap:
1. Mendukung sepenuhnya perlawanan rakyat pekerja terhadap
penetapan kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) dan Upah Minimum Provinsi
(UMP) 2012 yang masih jauh dari pencapaian kesejahteraan bagi rakyat
pekerja di Indonesia.
2. Bangun kekuatan persatuan rakyat pekerja untuk melakukan
perlawanan yang lebih besar terhadap rezim neoliberal dan pemilik modal
yang semakin memberikan kemiskinan dan kesengsaraan bagi rakyat pekerja
di Indonesia.
3. Bangun kekuatan politik alternatif dari seluruh gerakan
rakyat di Indonesia untuk melawan rezim neoliberal dan menghancurkan
neoliberalisme.
4. Kapitalisme – neoliberalisme telah gagal untuk
mensejahterakan rakyat, dan hanya dengan SOSIALISME lah maka rakyat akan
sejahtera.
Jakarta, 25 Nopember 2011
A.N. Komite Pusat - Perhimpunan Rakyat Pekerja
KETUA NASIONAL
Anwar Ma'ruf
Komite Pusat Perhimpunan Rakyat Pekerja (KP PRP)
JL Cikoko Barat IV No. 13 RT 04/RW 05, Pancoran, Jakarta Selatan 12770
Phone/Fax: (021) 798-2566
Email: komite.pusat@prp-indonesia.org / prppusat@yahoo.com
Website: www.prp-indonesia.org
Sumber : batamtoday.com
Pages
Blogger news
Blog Archive
-
▼
2011
(45)
-
▼
November
(16)
- Akhir UMK Batam 2012 Sudah DiPutuskan
- Seperti yang kutipan dari sumber Batamtoday.com,...
- Ungkapan Walikota Batam Saat Menghadapi Pendemo UM...
- Laptop yang bikin saya ngiler
- Cara check koneksi Speady Anda
- Batam : Pendemo Mulai Memanas menyangkut UMK tahun...
- Tank Inggris
- Tip : menggerakkan cursor ketika mouse mati
- Pernikahan Putra SBY
- Daftar Link Forum Saya
- Alamat link games terbaik
- Fakta Aneh Tentang Kehamilan
- Cara Keji Tentara Amerika Dalam Mengintimidasi Taw...
- daftar link games top banget
- Welcome To Akbar Sikumbang
- Welcome To Akbar Sikumbang
-
▼
November
(16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar Anda